Kamis, 08 Desember 2011

Sejarah Evolusi Beruang Madu

Suku Ursidae merupakan keturunan dari nenek moyang predator pemajat pohon (Miacidae) yang memiliki ukuran tubuh lebih kecil pada 25 juta tahun yang lalu (Herrero, 1999). Kedelapan jenis beruang modern saat ini berasal dari Ursavus, yang berasal dari kawasan sub tropis Eropa pada periode Miocene lebih dari 20 juta tahun yang lalu (Craighead, 2000). Ward dan Kynaston (1995) menyatakan pada zaman Miocene tersebut, Ursavus mengalami peningkatan ukuran tubuh dan mengalami pertumbuhan bentuk gigi dari pemakan binatang (faunivorous) menjadi bentuk gigi yang seperti sekarang dengan geraham yang melebar dan lebih datar. Menurut Augeri (2005) perubahan bentuk gigi tersebut menjadikan beruang saat ini frugivoirous dan herbivorous.

Terdapat tiga jalur evolusi utama beruang modern yang berasal dari Ursavus (gambar 1). Panda merupakan jenis beruang modern yang paling tua (Gittleman, 1999) yang terpisah dari Ursavus dan diturunkan dari Agriarctos sekitar 20 juta tahun yang lalu (Ward dan Kynaston, 1995). Hasil analisis molekuler diketahui bahwa Tremarctos ornatus merupakan beruang modern tertua kedua (Waits dkk, 1999) yang terpisah dari Ursavus elemensis sekitar 14 juta tahun yang lalu (Ward dan Kynaston 1995), saat ini beruang tersebut hanya ditemukan di Amerika Selatan (Nowak, 1991).
Keturunan langsung dari jalur ketiga yang merupakan anak suku Ursinae atau beruang ursine sejati adalah Protursus yang diturunkan dari U. elemensis pada 12-10 juta tahun yang lalu. Sedangkan Ursus minimus yang merupakan beruang ursine sejati pertama diturunkan dari Protorsus pada 5 juta tahun yang lalu (Ward dan Kynaston, 1995). Menurut Craighead (2000) beruang madu yang hidup di Asia Tenggara adalah berasal dari garis keturunan utama U. minimus sekitar satu juta tahun yang lalu setelah Melursus ursinus (sloth bear) bercabang, tetapi filogenetik dari beruang madu dalam Ursidae belum terlalu jelas. Hasil analisis mtDNA oleh Zhang dan Ryder (1994) terindikasi bahwa beruang madu dan beruang hitam Amerika (Ursus americanus) terpisah secara bersamaan setelah Melursus ursinus dan kemudian menurunkan beruang hitam asia (Ursus thibetanus). Beruang madu memiliki hubungan yang paling dekat dengan U. americanus yang diketahui dari urutan DNA dari bagian lingkar D (D-loop), cytochrom b, 12S rRNA, tRNApro dan tRNAthr (Zhang dan Ryder, 1994).
Namun Goldman dkk (1989) menyatakan bahwa jarak genetik antara Helarctos malayanus dengan U. arctos (beruang cokelat himalaya) sebesar 0,026 yang lebih dekat daripada antara Helarctos malayanus dengan U. thibethinus (0,037) dan antara Helarctos malayanus dengan M. ursinus (0,050). Sehingga antara Helarctos malayanus dengan M. ursinus memiliki perbedaan morfologi yang telah beradaptasi selama 5-7 juta tahun yang lalu.
Terdapat beberapa perbedaan pendapat mengenai marga Helarctos bagi beruang madu. Meijaard (2004) menyatakan bahwa beruang madu seharusnya termasuk dalam marga Ursus dengan nama spesies Ursus malayanus. Berdasarkan variasi craniometrik dari spesimen beruang madu di Asia Tenggara beruang madu di Borneo merupakan anak jenis tersendiri dan mengusulkan nama Ursus malayanus euryspilus. Spesimen beruang madu Borneo memiliki tubuh yang lebih kecil dan barisan gigi yang lebih panjang. Sedangkan spesimen yang berasal dari Sumatera, Semenanjung Malaysia dan Asia daratan tidak memiliki perbedaan yang signifikan dan disebut Ursus malayanus malayanus. Namun Augeri (2005) menyatakan bahwa dalam studi tersebut jumlah dan jenis kelamin dari beruang madu Borneo sangat terbatas. Selain itu variasi cranial bukanlah satu-satunya pertimbangan taksonomi bagi pemisahan subspesies, pada Ursidae yang paling utama adalah besarnya derajat perbedaan morfologi, variasi fisiologi dan kemampuan reproduksi untuk menghasilkan keturunan yang fertil.

*) diambil dari Ariyanto T, Strategi Pelepasliaran Beruang Madu (Helarctos malayanus), Karya Ilmiah, Fakultas Biologi Universitas Nasional Jakarta, 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar