Senin, 26 Desember 2011

2011:ketika zona nyaman tak lagi nyaman

pre scriptum : draft ini sudah tersimpan sejak desember 2011 dan baru ditengok lagi, tidak ada perubahan sama sekali ejak dfat ini ditulis hingga di publish.

Ini adalah senin terakhir di tahun 2011, mungkin waktu yang tepat buat gue untuk menuliskan kembali sebuah refleksi akan perjalanan diri gue selama setahun ini. Secara umum, gue banyak sekali mengalami kegagalan atas rencana-rencana dan daftar keinginan yang mungkin tahun depan bakal tercatat kembali karena belum juga terpenuhi.
Tahun ini adalah tahun ujian dimana gue lebih dituntut untuk memilih dengan baik terhadap apa yang akan gue jalani. Pilihan gue yang paling sulit adala ketika gue akhirnya harus memutuskan keluar dari lembaga yang selama ini menjadi zona nyaman. dengan jumlah gaji yang relatif besar, kegiatan keseharian yang tidak terlalu menguras tenaga dan pikiran, dengan segala kemudahan hidup di kota, dengan fasilitas yang bagus, banyak ornag yang bilang bahwa sebagai seorang muda dan masih sigle, gue tergolong mapan. 
Namun gue tahu dan selalu tahu bahwa kenyamanan itu selalu membawa lupa dan menyebabkan tumpul dalam kreatifitas. Tantangan yang tidak ada, kehidupan yang sederhana (bukan dari sisi materi) akan menyebabkan kita sendiri bosan hidup.Ya kehilangan tantangan itulah yang membuat gue keluar. Jika pun gue menginginkan tantangan yang lebih besar, gue harus sikut-sikutan dengan orang di sekeliling dan bukan itu yang akan gue jalani.
Setelah 2 tahun lebih bekerja di sana, berawal dari staff yang paling bawah, 3 bulan kemudian mendapatkan promosi sebagai koordinator (walaupun tanggung jawab aja yang naik sedangkan gaji nggak), setahun kemudain promosi di kantor pusat sebagai salah satu orang termuda yang tahu banyak hal. Setahun full bekerja di kantor pusat, gue rasa itu udah cukup. 
Keputusan itu banyak yang bilang bodoh. Namu itu tak berlangsung lama, setelah 3 minggu mengaggur, gue dapat kerjaan untuk mengelola sebuah project ahrimau di Padang. secara tanggung jawab dan gaji sebenarnya gak sebanding, namun disinilah gue kembali merasakan tantangan. Mengelola project, budget, time schedulr yang mepet, dengan dana dan orang hyang terbatas. Hanya dengan dua orang staff gue berhasil untuk mengelilingi Sumatra Barat dan sendirian gue bisa menyelesaikan data, laporan, mapping, keuangan, HRD dan komunikasi dengan Pemerintah daerah. sebuah kerjaan yang ditempat lama gue bisa 5-10 orang untuk menghandelnya dan ini gue lakukan sendiri. sbenarnya ada dukungan dari regional manager namun itu sifatnya hanya memberi arahan sedangkan perencanaan dan pelaksanaannya gue lakukan sendiri. 
Itulah yang gue sebut tantangan.
Besok, tahun 2012 gue gak tahu mau ngelakun apa dan kerja dimana, namun gue yakin tantangan selanjutnya juga akan datang dengan tuntutan yang lebih besar dan gue akan menantang semuanya.

Rabu, 14 Desember 2011

Cagar Alam dan TWA Rimbo Panti : Potensi dan Ancamannya

Sumatera Barat memang telah terkenal dengan keindahan landskap dan panorama alamnya selain budaya nasi padangnya. Untuk kekayaan alam pasti kita pernah mengenal Ngarai Sihanok, Danau Maninjau dan lain-lain. Salah satu lokasi wisata yang terkenal adalah Rimbo Panti yang terletak di Kabupaten Pasaman Timur. Secara status, terbagi menjadi dua kawasan yaitu Taman Wisata Alam dan Cagar Alam. Untuk wisata alam, Rimbo Panti mengandalkan pemandian air panas yang terletak di pinggir jalan raya Pasaman-Medan.
Kesan pertama saat saya melihat Rimbo Panti adalah sebuah kawasan yang sangat terjaga dan dikelola dengan baik. Di pinggir jalan saya bisa menemukan tumbuha beringin yang saya kira sudah sangat tua. 
Namun setelah saya memasuki kawasan tersebut lebih dalam, saya melihat sebuah kenyataan yang sangat berbeda. Pertama saya memasuki kawasan rawanya, saat saya melihat bekas lintasan sepeda motor yang memasuki kawasan tersebut. Jalan tersebut saya ikuti hingga hampir 2 Km jauhnya, namun saya kehilanga jejak tersebut hingga saya tidak mengetahui ke arah mana jalan motor tersebut. Saya juga menemukan aktifitas beberapa orang yang mencari kerang di rawa tersebut namun bagi saya itu tidak masalah asalkan mereka tidak merusak ekosistem rawa tersebut.
Hari berikutnya saya memasuki kawasan perbukitannya, nah disinilah saya menemukan kondisi yang lebih buruk dari sebelumnya. Hanya berjarak kurang lebih 50 meter dari batas kawasan, semua area hutan lindung telah habis di buka untuk lahan perkebunan. 
saya sempat berbincang dengan orang-orang yang sedang melakukan aktifitas pembukaan lahan, dari perbincangan tersebut, mereka mengaku bahwa mereka paham dan tahu bahwa kawasan Rimbo Panti merupakan kawasan  yang dilindungi dan tidak boleh dibuka. sehingga mereka memmberikan tidak melakukan penebangan di kawasan konservasi. Namun mereka tidak memahami bahwa kawasan Rimbo Panti dikelilingi hutan Lindung yang juga tidak boleh di tebang. 
Sebagai salah satu kawasan konservasi tertua di Indonesia, saya rasa tindakan pengamanan dan pemantauan kawasan Rimbo Panti sangat lemah dan hanya terpusat pada beberapa objek wisatanya saja. Hutan Rimbo PAnti sangat penting artinya, karena disanalah asal aliran sungai yang memberikan air bagi saluran irigasi kawasan persawahan di Pasaman Timur. Jika pengrusakan habitat di kawasan tersebut terus berlangsung, maka kekeringan bagi ratuasan hektar sawah akan terjadi dalam beberapa tahun. Kerusakan pada kawasan Rawa sebagai pengatur hidrologi di kawasan itu juga snagat penting. Sebuah rawa yang sehat merupakan regulator yang baik bagi perairan yang dapat menjadi sumber air ketika kekeringan dan menjadi penyimpan air pencegah banjir. 

Selasa, 13 Desember 2011

Pengaruh Filsafat Yunani Terhadap Etika Lingkungan

Entah apa yang merasuki pikiranku malam ini, sebenarnya ingin menulis tentang lingkungan namun karena sebenarnya tidak tahu harus menulis apa saya jadi teringat sebuah pelajaran tentang etika lingkungan. Namun bukan mengenai apa tentang etika lingkungan itu sendiri yang ingin saya bahas tetapi kauh mundur ke belakang tentang filsafat Yunani mengenai lingkungan dan alam. 
Tulisan ini berawal dari pendapat Aldo Leopold dalam bukunya “The land ethics “ menyatakan bahwa masalah lingkungan sebenarnya berakar pada filsafat alam dan sepenuhnya membutuhkan pemecahan secara filosofis pula. 
Bagi etika lingkungan, filsafat barat rupanya tidak selalu mendukung apa yang menjadi asumsi dasar etika lingkungan. Memang, refleksi tentang alam sudah muncul sejak Filsuf dari Melitus yaitu Thales, Anaximander dan Anaxagoras.  Lihat pendapat Thales yang melihat bahwa segala sesuatu berasal dari air, di dalam benda-benda di bumi terdapat dewa. Heraclitos berpendapat bahwa api adalah awal dari segala sesuatu, Xenophanes melihat tanah sebagai arkhe, Empedocles mengajukan empat element yaitu : tanah, udara, api dan air. Jika diperhatikan umumnya para filsuf pra sokratik ini menerima konsep bahwa  dunia mempunyai “ rational structure “ , tidak berubah, tidak dapat dibagi-bagi, tidak dapat dihancurkan dan tidak dapat digerakkan. Mereka beranggapan bahwa dunia material tersusun dari sebuah "zat tertentu" yang mendasari kehidupan dan alam. 

Gunungan wayang, miniatur keseimbangan alam.

Sebagai orang Jawa yang pernah menghabiskan sebagian masa kecil di daerah terpencil di Wonogiri, Jawa Tengah, bagi ku wayang adalah bagian dari diriku sendiri. Tokoh-tokoh seperti Werkudoro, Arjuno, Baladewo merupakan tokoh-tokoh super hero versi diriku sendiri. Bukan hanya karena aku mencintai budaya namun belum adanya listrik dan televisi swasta hingga tahun1996 di kampungku membuat ku tumbuh dalam dongeng pewayangan. Mungkin jika saat itu aku tumbuh di kota, aku hanya akan tahu tokoh superhero import. Bagiku inilah sebuah berkah ketika tumbuh di wilayah terpencil di masa kecil. 

Namun bukan mengenai masa kecil ku yang akan kuceritakan disini ataupun cerita bagaimana aku menikmati wayang (mungkin bisa kuceritakan dalam tulisan berikutnya) namun sebuah filosofi dari satu figure di dunia pewayangan. Mungkin disebut figure juga tidak tepat karena ini adalah bukan tokoh hidup melainkan sebuah "gunungan". Ya filosofi gunungan di lihat dari  sisi lingkungan. 
Gunungan biasa dimainkan setiap sang dalang akan memulai dan mengakhiri pertunjukan wayang (tancep kayon). Gunungan bisa dimainkan untuk menandai setiap babak yang dimainkan. Bisa pula dimainkan untuk menggambarkan/mengasosiasikan sesuatu, seperti: gunung, pohon besar, ombak samodra, anginributapi berkobar hebat, gua, dll.Fungsi gunungan selain untuk mengasosiasikan seperti yang disebut di atas, juga sebagai tanda aba-aba dalang kepada penabuh gamelan, terutama pengendang dan pengendernya.

Minggu, 11 Desember 2011

Cara Mengapus atau Rename Geodatabase di ArcCatalog

ArcCatalog merupakan salah satu tool dalam ArcGIS yang berfungsi untuk mengelola geodatabase yang kita miliki. ArcCatalog ini sangat membantu dalam menyimpan file dalam struktur logis dan membuat kategori dalam file-file tersebut dengan jelas. 
Peringatan bahwa geodatabase saya di kunci
Selama ini saya menggunakan ArcCatalog untuk menyimpan file yang telah di analisa dan diberi informasi yang sudah final. Namun kemarin saya menemukan sebuah masalah yang selama ini belum pernah saya alami yaitu salah memasukkan file yang belum final ke ArcCatalog. Saat itu saya langsung ingin menghapus file tersebut dengan cara klik menu delete seperti biasa. Namun bukan berhasil di hapus justru muncul sebuah peringatan bahwa geodatabase saya dikunci. seperti gambar disamping.

Geodatabase di lihat dari windows explorer, perhatikan file type  LOCK

Peringatan itu juga muncul ketika saya mencoba untuk "rename" dan mencoba mengedit dengan cara lain. Jujur saya sudah hampir frustasi dibuatnya. 

Kemudian terfikir oleh saya untuk memasuki file geodatabase saya dengan Windows Explorer walaupun gak tahu mau berbuat apa dengan melakukan hal tersebut selain hanya untuk melihat-lihat saja. Jujur saya sendiri tidak terlalu tahu banyak ketika melihat-lihat file disana karena isinya hanya file-file yang saya tidak mengerti seperti gambar di samping.

Namun tiba-tiba saya melihat file yang berekstensi .lock. Saya langsung berfikir apakah file ini yang membuat file data base saya terkunci?
Saya langsung segera mem-back up file geodatabase saya di lokasi lain dan menghapus file .lock tersebut. Setelah itu saya kembali ke ArcCatlog untuk mengapus dan merename beberapa feature dan berhasil!!!

Jadi buat  kawan-kawan yang ingin meng-unlock file geodatabase-nya agar bisa mengapus dan merubah nama file geodatabase hapus saja file berkekstensi .lock melalui windows explorer. 


Namun saya sarankan agar itu menjadi langkah darurat saja, jadi bagi yang file geodatabasenya tidak bermasalah saya sarankan untuk tidak menghapus ekstensi tersebut. 

Jumat, 09 Desember 2011

Oleh TKP Kasus Pembunuhan dan perdagangan harimau di Batang Anai, Pariaman

Penyelidikan ini merupakan lanjutan dari kasus pembunuhan dan hilangnya jasad harimau pada bulan oktober 2011. Penyelidikan yang dilakukan pada tanggal 7 November 2011 bertujuan untuk olah TKP dan untuk mencari tambahan informasi serta memperjelas kronologi kejadian.  Penyelidikan ini melibatkan Polres Pariaman, BKSDA Sumatera Barat, saksi warga sekitar dan Fauna Flora International.
Olah TKP dilakukan pada tiga titik yaitu, 1) Masjid yang menjadi lokasi penyimpanan sementra jasad harimau, 2) Lokasi offsetting dan 3) Lokasi jerat dan pembunuhan harimau.
Masjid Al Ikhlas
Titik koordinat masjid Al-Ikhlas berada pada posisi 0648205/9918529. Menurut keterangan saksi Buyung Karibo, bangkai harimau ini tiba di Masjid tersebut apda pukul 17.30 WIB dan diletakkan di dalam Masjid. Tidak lama kemudian banyak sekali masyarakat yang hadir untuk melihat jasad tersebut yang hamper setengahnya bukan warga sekitar kampung, sehingga tidak dapat dikenali satu-persatu namanya.

Morfologi Beruang Madu



Beruang madu (Helarctos malayanus) merupakan jenis yang memiliki ukuran tubuh yang paling kecil dari suku Ursidae. Jenis ini memiliki tinggi tubuh
1.000-1.400 mm, panjang ekor 30-70 mm dan berat tubuh sebesar 25-65 Kg (Dathe,1975), ukuran telinga 40-60 mm berbentuk melingkar dan panjang kaki belakang 180-210 mm (Lekagul and McNeely 1977). Menurut Fitzgerald dan Krausman (2002) beruang madu memiliki perawakan tubuh yang pendek gemuk, moncong yang pendek, memiliki cakar melengkung tajam yang kuat dan telapak kaki yang tidak ditumbuhi rambut.
Saat lahir berat beruang madu sebesar 300-325 g (Dathe 1970), warna tubuhnya berwarna hitam keabuan, bagian dada berwarna putih kecoklatan (Feng dan Wang,1991). Sedangkan menurut Fetherstonhaugh (1948) bayi beruang madu tersebut berwarna kecoklatan dan berwarna terang saat terkena sinar matahari. Rambut beruang madu dewasa berwarna hitam pekat dan memiliki lapisan rambut berwarna terang di bawahnya sedangkan pada bagian moncongnya berwarna oranye, abu-abu dan keperakan (Fetherstonhaugh,1940 dalam Fitzgerald dan Krausman, 2002).

Kamis, 08 Desember 2011

Sejarah Evolusi Beruang Madu

Suku Ursidae merupakan keturunan dari nenek moyang predator pemajat pohon (Miacidae) yang memiliki ukuran tubuh lebih kecil pada 25 juta tahun yang lalu (Herrero, 1999). Kedelapan jenis beruang modern saat ini berasal dari Ursavus, yang berasal dari kawasan sub tropis Eropa pada periode Miocene lebih dari 20 juta tahun yang lalu (Craighead, 2000). Ward dan Kynaston (1995) menyatakan pada zaman Miocene tersebut, Ursavus mengalami peningkatan ukuran tubuh dan mengalami pertumbuhan bentuk gigi dari pemakan binatang (faunivorous) menjadi bentuk gigi yang seperti sekarang dengan geraham yang melebar dan lebih datar. Menurut Augeri (2005) perubahan bentuk gigi tersebut menjadikan beruang saat ini frugivoirous dan herbivorous.

Perjalanan kecil ke Siberut

Awal bulan November 2011, mungkin salah satu periode waktu yang bersejarah buat gue, karena pada saat itu gue akhirnya bisa menginjakkan kaki di Pulau Siberut. Pulau yang ku kenal pertama kali lewat sebuah pelajaran biogeografi dulu saat kuliah. Pulau Siberut merupakan pulau terbesar di Kepulauan Mentawai. Selain Pulau Siberut, terdapat empat pulau besar di Mentawai yaitu Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara dan Pulau Pagai Selatan. Pulau Siberut merupakan  habitat empat primate endemic yaitu Bilou atau siamang kerdil (Hylobates klosii), Joja atau lutung Mentawai (Presbytis potenziani), Simakobu (Simias concolor) dan Bokoi (Macaca pagensis).
Keunikan pulai ini adalah pada masyarakatnya yang masih lekat dengan budaya aslinya dan berbeda secara kultural dan bahasa dengan masyarakat Minagkabau (Sumatera Barat daratan). 




Rabu, 07 Desember 2011

Geliat Petani gambir dan perambahan hutan di Kab. 50 Kota, Sumbar

Perjalananku kali ini menghantarkan saya menyusuri pedalaman kabupaten 50 Kota, Sumater Barat. Kabupaten ini terletak di bagian timur wilayah provinsi Sumatera Barat atau 124 km dari Kota Padang.. Kabupaten yang memiliki kawasan wisata Lembah Harau ini merupakan penghasil berbagai komoditas pertanian . Salah satu komoditas pertanian yang sangat diandalkan dari kabupaten 50 kota adalah ekstrak tanaman gambir.

View Larger Map

Gambir, mungkin sebuah kata yang tidak asing lagi bagi kita, bagi orang Jakarta mungkin yang terlintas di pikiran saat mendengar kata Gambir adalah slah satu kawasan kota Jakarta dan stasiun kereta apinya. Begitu juga dengan saya, walaupun akrab dengan kata gambir namun saya buta sama sekali tentang bagaimana bentuk tumbuhan ini dan kegunaannya. Gambir yang memiliki nama ilmiah Uncaria gambir ini, merupakan tumbuhan perdu yang tumbuh pada rentang ketinggian 200-800 meter dpl. Bagian yang dimanfaatkan dari gambir adalah hasil ekstraksi dari daunnya. Salah satu kegunaan yang paling terkenal di Indonesia adalah sebagai salah satu komponen dalam menyirih. Selain itu hasil ekstraksi gambir dimanfaatkan dalam berbagi industri seperti kosmetik, penyamakan kulit, farmasi dan lain-lain.