Minggu, 28 Februari 2010

Humaniora : ah

Ada hantu yang setiap malam mengintai perenungan mereka yang bergulat dengan teori tentang manusia. Hantu itu bukanlah komunisme, hantu mengakibatkan para pengamat humaniora  ketakutan dalam pengamatan dan analisisnya menghasilkan reduksionalisme, sebuah hal yang fatal yang dapat menutupi fakta yang secara empiris diamatinya dan secara rasional di analisisnya. Ketakutan yang sama juga dialami oleh Sigmund Freud dalam membangun teori psikoanalisisnya dengan  memasang kaca mata skeptitisme.

Jumat, 26 Februari 2010

Tabah sampai akhir (part 1)

Jika setiap centi tubuh kami mampu bercerita, mungkin cerita mereka akan lebih baik dari pada sebongkah ingatan dari syaraf otak  yang menjalar melalui impuls ke jemari ini. Bagaimana setiap nafas yang terlepas berarti satu ayuhan kaki dan satu sambaran parang memangkas aral Calamus yang seakan tak bertepi, dan itu semua berarti hanya sedikit sel memoriku yang bekerja untuk mengingat. Tapi sebagai pertanda, layaknya monumen pahlawan bangsa 2x3 meter yang tegak di persimpangan jalan untuk menginngat jasa mereka, betapapun sedikitnya itu untuk mewakili jerih payahnya, begitu pula aku saat ini mencoba membangunnya. Sebuah cerita, sebuah monument bagiku tentang target, posisi, lapar dan putus asa.   

Kamis, 25 Februari 2010

Gnothi Seauthon!

Di Yunani, sejak abad VI S.M., terkenal sebuah tempat pemujaan Apollo di Delphi. Ke tempat itulah raja-raja dan rakyat banyak meminta nasihat. Seorang pendeta wanita duduk di atas kursi yang dipenuhi asap dari sajian pemujaan. Dalam keadaan trance, ia menjawab pertanyaan-pertanyaan pengunjung dari masalah kontes lagu hingga urusan agama dan politik. Ketika penjahat-penjahat di koloni Locri meminta nasihat bagaimana mengatasi kekacauan, orakel Delphi menjawab:  “Buatlah hukum bagimu”. Ketika orang-orang bertanya siapa manusia paling bijak dewa Apollo melalui mulut pendeta Delphi menjawab : “ Socrates”.

Sebuah Jalan

Sebuah jalan
Aku adalah sebuah jalan
dan perjalanan adalah rumahku..
yang biru, yang membeku dalam kardus berdebu..

sementara langit yang menyeruak kelabu,
tempatku menitipkan senyum dan rintihan
yang kadang kelu dan tersekat dibalik kelambu

dan kepada malam,
yang selalu kurinduikan dimanapun ia..
ku hanya bisa diam dan menatap dalam padanya
karena kuyakin ia lebih tahu

apa mimpimu? ingat arah,tujuan dan jarak!!

arah?
jangan tanyakan itu padaku..
karena barat dan timur tak ada beda..
kecuali kau menentang Coupernicus
dan tujuan hanyalah titik hempaskan nafas sekejap
seperti klimaks cerita yang besok akan biasa
karena jarak terdekatpun pun adalah titik lengkung dalam
hidup yang relatif...

Kenapa TiangAlas

Bayangkan sebuah rumah dan anda akan tahu bagaimana rumah itu akan berdiri karena mereka punya Tiang dan berpijak pada alas. Beginilah ide muncul dengan tiang dan alas, saya hanya ingin membagikan pemikiran saya untuk membangun sebuah rumah pengetahuan, perenungan, canda-tawa yang saya miliki.
Tiang dan Alas, dalam bahasa Jawa yang juga berarti "manusia hutan", adalah juga sebagai perwujudan diri saya dalam kehidupan ini dimana dunia ini adalah sebuah hutan juga. Kita tersesat, berlari, berputar-putar dan kadang mengalami jalan yang sulit.
inilah TiangAlas.