Minggu, 12 Juni 2011

La Luciole


Disini, di dinding waktu ini aku bersimpuh kembali menghadap temaram kenangan yang tak lagi berbaris paralel. Dia tak lagi melompat dari detik ke detik kronologis hanya untuk sekedar mengiba ingat namun membentuk koloni simpul objek yang diinginkan. Hanya mereka yang diinginkan yang akan terus berada ruang itu. Memori. Dia adalah ruang gelap yang terlepas dari batas keinginan, membentuk sistem symbol dan warna personal pada setiap getar yang tertangkap. Kadang dari senja dia akan melintaskan saat pertama tangan bersentuhan, kadang dari becak dia akan mengartikan pipi yang basah oleh tangis dari masa lalu. Begitulah ia bekerja, meluaskan denotasi menjadi konotasi-konotasi acak hingga yang general kemudian menjadi personal dalam permutasi peristiwa.
Jika waktu membentuk garis linier dari nol menuju tak hingga maka dia merangkai jaring di dalam tubuh waktu dimana setiap kata dan rasa berkompetisi di setiap celahnya. Disana setiap titik rasa dapat berevolusi menjadi piramida keterikatan namun tak jarang kubah kemesraan pun larut menjadi bayang-bayang. Disana kau dapat melihat kesedihan jalan lengang kota yang menyeruduk masuk di sela kursi kosong kafe kesendirianmu yang membuat lagu penyanyi reggae seperti ratapan duka imigran yang lupa akan bahasa ibunya. Namun disana pula wangi kuntum mawar dapat terasa begitu dekat dari sebaris pesan yang hadir di saat tepat.
Nama-nama akan menjadi makam-makam, namun kenangan adalah kunang-kunang malam yang terbang menuju surga membawa tawa dan tangis yang tak jelas lagi penyebabnya. Sementara waktu terus saja membawa kita ke nama nama baru. Namun bukan seperti laut yang membuat sungai lupa akan jalan pulang, nama-nama baru takkan juga menyingkirkan nama-nama makam di dalam ruang kepala. Karena di sana makam bukanlah tiada, tapi mengintai untuk hidup kembali ketika kau terperangkap gerimis ataupun ketika menanti kedatangan bus terakhir di batas kota.
Dia adalah kehidupan tersendiri, terbebas dari jerat materi, jauh dari pertarungan empirisme versus rasionalisme, bahkan merdeka dari neuron syaraf di kepala kita. Dia adalah putih yang akan memberikan makna pada merah, kuning dan hijau dalam lukisan sejarah.
Sekarang, ambilah pena dan kertasmu untuk membuat monument bagi perjalananmu. Dan biarkan suatu saat kunang-kunang akan membawa ceritamu ke surga. Cerita tentang gugusan koordinat nama, rasa dan kata dalam galaksi memorimu.